Sabtu, 05 Februari 2011
SUKUN
Sukun sudah dikenal lama oleh masyarakat. Buahnya dapat diolah menjadi aneka makanan. Bahkan tak sedikit orang mengolah sukun sebagai pengganti makanan pokok. Buah sukun mempunyai tekstur yang padat sehingga mengenyangkan bila dimakan. Sukun bukan buah bermusim meskipun bias anya berbunga dan berbuah dua kali setahun. Kulit buahnya berwarna hijau kekuningan dan terdapat segmen-segmen petak berbentuk poligonal. Segmen poligonal ini dapat menentukan tahap kematangan buah sukun.
Buah Sukun Untuk Diet
Ternyata jika dibandingkan dengan ubi jalar, ubi kayu, maupun kentang, buah sukun memiliki kandungan karbohidrat dan protein yang leterbih tinggi. Kandungan buah sukun dengan beraspun tenyata setara, hanya saja kandungan kalori sukun lebih rendah dibanding beras. Jadi memakan buah sukun sama kenyangnya dengan beras namun tidak membuat kita gendut.
Manfaat buah sukun juga telah banyak dikenal, diantaranya untuk melancarkan pencernaan, menguatkan tulang dan gigi. Buah sukun sangat baik bagi penderita jantung, ginjal, diabetes, serta orang yang mengidap penyakit liver.
Kandungan Buah Sukun :
Kandungan gizi buah sukun juga terbilang tinggi, baik kandungan mineralnya maupun kandungan vitaminnya. Buah sukun juga mengandung banyak unsur fitokimia yang sangat penting bagi tubuh, terutama dari beberapa jenis asam amino esensial, seperti isoleusin, methionin, lysine, histidine, tryptophan, serta valin.
Daya Racun Ekstrak Daun Sukun
Dalam penelitian itu diuji pula daya racun dari ekstrak daun sukun tersebut. Kabar baiknya, uji toksisitas subkronis yang dilakukan selama 90 hari pada tikus putih galur Sprague Dawley menyimpulkan bahwa pemberian ekstrak etil asetat daun sukun dengan dosis bervariasi, yakni dosis uji 83,33 mg/kg berat badan per hari, 166,65 mg/kg berat badan per hari, dan 333,35 mg/kg berat badan per hari tidak memengaruhi fungsi jantung, ginjal, hati ataupun profil darah.
Uji toksisitas akut pada mencit ICR jantan dan betina menggunakan dosis tinggi total flavonoid 4,5 g/kg berat badan dan Beta-sitoserol 2,5 g/kg berat badan tidak menunjukkan penurunan berat badan, bahkan berat badan cenderung naik. Observasi terhadap perilaku hewan uji selama eksperimen seperti bagaimana hewan uji berjalan, makan, minum serta dan kecerahan mata dan bulu juga tidak menunjukkan tanda-tanda keracunan.
Tjandrawati mengatakan, dapat disimpulkan bahwa pemberian dosis tinggi total flavonoid dan Beta-sitoserol pada mencit ICR tidak menunjukkan efek toksik ada hewan uji.
Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI, Sugeng Broto mengatakan, prospek dari formula yang dikerjakan oleh LIPI tersebut sangat besar lantaran nantinya dapat diproduksi sebagai obat herbal terstandar dan fitofarmaka.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar